Ingatan
saya tentang masa kecil masih jelas. Bingkai-bingkai peristiwa yang dulu pernah
terjadi masih bisa saya tarik kembali dari ingatan. Terkadang ketika betemu
kawan lama, kami masih suka membicarakannya dan menertawakannya.
Ketika
saya masih duduk di bangku sekolah dasar, bermain bersama teman adalah hal yang
paling menyenangkan. Tentu saja, karena saya dan teman-teman hanyalah anak
berumur kurang dari sepuluh tahun. Jangan berharap hal-hal ajaib dan istimewa
dari kami. Kami hanyalah anak kampung pinggir kota yang tak tahu menahu tentang
dunia luar. Jangankan untuk menjadi pianis jazz cilik yang di usia tujuh tahun
sudah bisa mengimprovisasi musik jazz seperti Joey Alexander. Musik yang kami
mainkan hanyalah ember bekas yang kami pukul menggunakan kayu kering dari dahan
pohon rambutan. Atau pecahan ubin bekas lantai rumah yang kami dentingkan
sehingga menimbulkan bunyi “ting” nyaring. Itupun kami masih dimarahi tetangga
atau orang tua kami karena kami bermain terlalu berisik. Kami hanyalah anak
biasa.
Sekolah
Dasar memang mengasyikan. Bukan tentang belajar di kelas, tetapi ketika jam
pelajaran usai dan kami bisa bermain kembali. Selalu saja ada hal-hal seru
setiap pulang sekolah. Perlu diingat kembali, kami hanyalah anak kampung. Tak
perlu kendaraan bermotor untuk pulang ke rumah. Siapa yang membutuhkannya
ketika kami bisa menemukan berbagai keasyikan dari berjalan kaki menuju rumah?
Tentu saja pertanyaan ini hanyalah alibi. Karena sesungguhnya kami memang sudah
biasa berjalan kaki walaupun jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh. Koreksi, relatif
jauh bagi orang-orang saat ini yang tidak terbiasa berjalan kaki.
Kalian
tahu film Petualangan Sherina? Walaupun tanpa adegan penculikan, namun
petualangan kami tak kalah seru. Setidaknya, petualangan kami nyata terjadi.
Kalian tahu bagaimana rasanya menembus hutan rimba untuk menemukan jalan
keluar? Kami tahu. Kalian pernah berenang di lautan untuk mencari ikan? Kami
pernah. Kalian pernah menjadi penjahat dan mencuri emas berlian? Kami pernah.
Kami tahu dan kami pernah. Namun dalam versi yang lebih kecil. Silakan ganti
hutan menjadi kebun, ganti lautan menjadi sawah yang banjir di kala musim
hujan, dan ganti emas berlian menjadi buah jambu biji. Memangnya apa yang
kalian harapkan dari kami? Kami hanyalah anak biasa yang tinggal di kampung
pinggir kota.
Sawah
dan kebun bukanlah hal istimewa bagi kami. Mereka adalah tempat bermain kami.
Seperti yang sudah saya katakan tadi, kami sering memasuki kebun-kebun milik
warga sekitar. Kami menembus semak-semak belukar yang gatal di kulit, menembus
pagar tanaman yang terbuat dari tumbuhan teh-tehan dan bambu kecil, dan kami
berusaha mencari jalan pintas menuju rumah selepas pulang sekolah. Lalu kami
menamainya “jalan rahasia”. Karena kamilah yang menemukan jalan itu dan mungkin
hanya kami yang tahu. Mungkin.
Sawah
kami jadikan tempat bermain dan juga laboratorium besar untuk mengamati hewan
dan tumbuh-tumbuhan. Bunglon, kadal, jangkrik, ikan, siput, bahkan sampai ular pun
kami temukan di sawah. Lumpur di sawah pernah kami jadikan bahan eksperimen
tugas sekolah. Yakni dengan cara mengubur beberapa lembar daun kering di dalam
lumpur dan akan kami ambil setelah beberapa hari agar yang tersisa hanyalah
kerangka daun tersebut. Namun, sampai sekarang kami belum mengambilnya. Karena
kami lupa di mana menguburnya.
Kalian
tahu apa yang paling istimewa dari cerita di atas? Yang paling istimewa adalah,
karena masih banyak cerita yang belum diceritakan. Masih banyak peristiwa yang
kami namai “petualangan” yang tentunya mempunyai tempat tersendiri di dalam
gudang memori yang luas di otak kami.
Namun, satu daun telah gugur. Bukan karena tak tahan bergantung pada realita. Namun dia telah nyaman di pelukannya. Daun yang lain masih merekat kuat menyambut matahari dengan semangat. Tumbuh tanpa tahu kapan akan berlabuh.
Zaman
semakin berubah, dan anak-anak sekolah dasar saat ini telah mempunyai cerita
yang sangat berbeda seperti saat saya kecil dahulu. Saya sangat berharap kalau
cerita-cerita mereka bukanlah tentang cerita dewasa, rokok, atau barang
berbahaya lainnya. Namun masih tentang petualangan dan pertemanan. Nakal
sedikit tidak masalah. Anak-anak memang terlahir untuk mencoba hal baru di
hidup mereka. Tinggal bagaimana pemberian pemahaman dari orang dewasa kepada
mereka.
…orang dewasa.
Hahaha… (?)
Hahaha...mozaik ituu masukk lagi dtngah kering dan kalut nya pikiran itu. Ingin rasanya kembali.kembali dimana keasyikan dan keseruannya... Itu saja !
BalasHapus