My Mind Goes Here

Minggu, 28 Desember 2014

Perubahan di Blog


Siapa sih blogger yang gak mau blognya bagus? Setiap blogger pasti ingin blognya bagus dari segi tampilan maupun isi. Entah itu untuk memenuhi hasrat pribadi atau yang lainnya. Blog itu bisa diibaratkan seperti manusia. Ada yang bilang “don’t judge book by its cover,” tapi gua yakin hal yang pertama dilihat adalah penampilannya, kalau dia rapih, wangi, dan enak dipandang, orangpun nyaman ngomong sama dia. Begitupun blog, hal yang pertama dilihat pengunjung ya tampilannya, apakah tulisannya gampang dibaca, perpaduan warnanya oke, dan yang pasti blognya nggak ‘berat’. Tapi kembali lagi pada diri masing-masing. Ada yang lebih mementingkan isi daripada tampilan, ada yang mentingin tampilan tapi isinya terserah, atau memperhatikan keduanya.

Dan blog ini adalah blog pribadi yang  tampilan maupun isinya berkembang sesuai keinginan si empunya blog. Kalau lagi galau pasti postingannya galau melow gitu, kalau lagi seneng ya pasti gak jelas postingannya, dan kalau lagi termotivasi pasti postingannya ala ala mario teguh.

Mengenai tampilan, terhitung blog ini sudah mengganti template lebih dari enam kali! dari mulai yang berat sampai yang enteng, dari yang tampilannya kompleks sampai yang simple, dari yang tidakresponsive sampe yang responsive buat di layar pc maupunhandphone.

Dan gua sekarang senang dengan tampilan blog yang sekarang! Tampilannya responsive, lumayan enteng, dan tampilannya bagi gua sudah lebih baik dari yang sebelumnya. So, saatnya memikirkan isi dari blog ini!

Senin, 30 Juni 2014

Takdir

Takdir Dkf's

Semua yang datang, akan pergi pada akhirnya, itulah hukum alam yang tak dapat dibantah.
Kembali aku berjalan di atas tanah yang penuh dengan kesedihan, atau tanah yang menyimpan misteri akan darah kotor yang bersimbah di baliknya. Entahlah, hanya berjalan menginjak apa yang mereka sebut dengan pembaringan terakhir, atau apalah itu. Bau tanah dan bunga mengiringi tapak yang kuciptakan, seakan menjadi ucapan selamat datang yang tak pernah diharapkan. Mataku bergelirnya pada banyaknya undakan tanah yang telah ditumbuhi rumput, mencari seunduk tanah yang menjadi pembaringan terakhir.


Semua yang datang ke sini akan teringat, teringat tentang waktu kapan mereka akan menjadi bagian dari tanah itu. Hanya menunggu takdir, katanya. Tak ada yang bisa mereka lakukan dengan takdir yang satu ini, pasti, mengikat, dan tak bisa diubah atau pun dihindari.

Aku menemukan gundukan tanah yang kucari. Tanah yang mengering dan rumput yang tumbuh tanpa permisi. Gundukan tanah yang bahkan tak lebih tinggi dari betis. Inilah kodrat manusia, lahir akan dijunjung, mati akan diinjak.

Aku duduk di pinggir undakan tanah ini, memandangnya dan merapalkan doa, berharap Tuhan akan mengampuni dosa orang yang telah pergi meninggalkanku beberapa tahun silam ini. Tak terbayang lagi seperti apa wajahnya yang telah dimakan tanah, hanya memori tua yang bisa memunculkan potrait akan wajah masa lalunya.
*****
Pada awalnya, semua manusia lahir bagaikan pagi yang sejuk, pagi yang dapat membawa semangat. Ayam berkokok menyambut pagi, semua orang bangun dari tidur menyambut pagi, matahari bersinar menyambut pagi, semua menyambut pagi. Itulah takdir.

Takdir pulalah yang membuat manusia tumbuh, yang membuat manusia bisa bernapas, yang membuat jantung terus berdetak, dan takdir pulalah yang mengakhiri itu semua. Tak ada yang boleh menyalahkan takdir, karena takdir adalah kehendak-Nya. Mencela barang sama saja mencela penciptanya. Aku harap kaumengerti itu.

Aku teringat dengan segala keceriaan, yang pada akhirnya terenggut karena takdir. Semua kebahagiaan yang sirna hanya dalam hitungan detik, semua berganti menjadi kesedihan, seakan menjadi kado ulang tahun yang takkan pernah terlupakan. Kini, kado yang tak pernah terlupakan itu berada di depan mataku.

Aku hanya meminta satu harapan, semoga Engkau meridhoi orang ini masuk ke dalam surgaMu. Kutaburkan bunga di atas undakan tanah ini, lalu kusiram dengan air sebagai penanda kepergianku. Aku melangkah pergi dari tanah yang penuh dengan kesedihan ini, dan kembali pada kehidupan yang sesungguhnya.

Manusia boleh saja mencari apa yang diinginkannya di dunia, tapi tentu saja harus tetap diingat, tempat kembalinya tetap saja di tanah.

Blog

Blog

Copyright © Dimas Fajri's | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com