My Mind Goes Here

Senin, 30 Juni 2014

Takdir

Takdir Dkf's

Semua yang datang, akan pergi pada akhirnya, itulah hukum alam yang tak dapat dibantah.
Kembali aku berjalan di atas tanah yang penuh dengan kesedihan, atau tanah yang menyimpan misteri akan darah kotor yang bersimbah di baliknya. Entahlah, hanya berjalan menginjak apa yang mereka sebut dengan pembaringan terakhir, atau apalah itu. Bau tanah dan bunga mengiringi tapak yang kuciptakan, seakan menjadi ucapan selamat datang yang tak pernah diharapkan. Mataku bergelirnya pada banyaknya undakan tanah yang telah ditumbuhi rumput, mencari seunduk tanah yang menjadi pembaringan terakhir.


Semua yang datang ke sini akan teringat, teringat tentang waktu kapan mereka akan menjadi bagian dari tanah itu. Hanya menunggu takdir, katanya. Tak ada yang bisa mereka lakukan dengan takdir yang satu ini, pasti, mengikat, dan tak bisa diubah atau pun dihindari.

Aku menemukan gundukan tanah yang kucari. Tanah yang mengering dan rumput yang tumbuh tanpa permisi. Gundukan tanah yang bahkan tak lebih tinggi dari betis. Inilah kodrat manusia, lahir akan dijunjung, mati akan diinjak.

Aku duduk di pinggir undakan tanah ini, memandangnya dan merapalkan doa, berharap Tuhan akan mengampuni dosa orang yang telah pergi meninggalkanku beberapa tahun silam ini. Tak terbayang lagi seperti apa wajahnya yang telah dimakan tanah, hanya memori tua yang bisa memunculkan potrait akan wajah masa lalunya.
*****
Pada awalnya, semua manusia lahir bagaikan pagi yang sejuk, pagi yang dapat membawa semangat. Ayam berkokok menyambut pagi, semua orang bangun dari tidur menyambut pagi, matahari bersinar menyambut pagi, semua menyambut pagi. Itulah takdir.

Takdir pulalah yang membuat manusia tumbuh, yang membuat manusia bisa bernapas, yang membuat jantung terus berdetak, dan takdir pulalah yang mengakhiri itu semua. Tak ada yang boleh menyalahkan takdir, karena takdir adalah kehendak-Nya. Mencela barang sama saja mencela penciptanya. Aku harap kaumengerti itu.

Aku teringat dengan segala keceriaan, yang pada akhirnya terenggut karena takdir. Semua kebahagiaan yang sirna hanya dalam hitungan detik, semua berganti menjadi kesedihan, seakan menjadi kado ulang tahun yang takkan pernah terlupakan. Kini, kado yang tak pernah terlupakan itu berada di depan mataku.

Aku hanya meminta satu harapan, semoga Engkau meridhoi orang ini masuk ke dalam surgaMu. Kutaburkan bunga di atas undakan tanah ini, lalu kusiram dengan air sebagai penanda kepergianku. Aku melangkah pergi dari tanah yang penuh dengan kesedihan ini, dan kembali pada kehidupan yang sesungguhnya.

Manusia boleh saja mencari apa yang diinginkannya di dunia, tapi tentu saja harus tetap diingat, tempat kembalinya tetap saja di tanah.

Blog

Blog

Copyright © Dimas Fajri's | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com