My Mind Goes Here

Selasa, 10 Maret 2020

Mendefinisikan Ulang Kehidupan


Ketika bapak saya sakit, dahulu ibu mendoakan saya supaya bisa jadi dokter agar bisa mengobati bapak. Saya yang masih kecil sih mengamininya. Menjadi dokter merupakan cita-cita favorit bagi banyak anak kecil.

Beranjak besar, saya menutup kemungkinan untuk punya cita-cita jadi dokter karena saya memilih jurusan IPS. Selain karena takut melihat operasi yang menyayat-nyayat daging, menjadi dokter juga bukan lagi impian saya. Sebenarnya sih saya juga tidak tahu apa impian saya hahaha.

Yang pasti, melihat orang mati secara langsung bukanlah hal yang menyenangkan untuk dijadikan impian. Setidaknya itu yang saya rasakan setelah melihat bapak.

Saat lulus kuliah pun saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan. Namun satu hal yang saya inginkan adalah saya ingin mengembalikan kesehatan mental saya.

Setiap orang punya medan perangnya masing-masing. Dalam kasus saya, medan perang yang saya lalui membuat saya sangat kelelahan. Banyak malam-malam gelap gulita dan siang yang berlalu dengan hampa.

Ada saat di mana saya berlari dari medan perang tersebut, hanya untuk meminum air yang telah tercampur darah di sebuah danau kecil di mana tubuh orang mati berserakan di seberangnya. Saya menjadikan air sebagai doping, meski ia adalah racun.

Dan saya sadar suatu waktu saya harus menanggungnya. Dan waktu itu adalah sekarang.

Hidup untuk Apa?

Ada saat di mana tujuan hidup saya adalah untuk menjadi juara kelas. Tujuan hidup untuk berguna bagi bangsa dan negara. Atau tujuan hidup untuk sukses dengan karir dan penghasilan yang tinggi.

Namun, itu semua tampaknya bukan lagi untuk saya.

Pada akhirnya, bentuk-bentuk materialisme tidak lagi menarik. Ekspektasi hanya tinggal omong kosong.

Saya punya ilmu, saya ingin mengaplikasikannya. Saya punya bakat, saya ingin mengasahnya lagi. Saya punya kemauan, dan saya ingin lebih berani untuk speak up dan mewujudkannya.

Hidup hanya sekali, dan jika saya tetiba menghilang, berarti saya sudah kehabisan air dan makanan, bukan karena tunduk dan menjadi tawanan perang.




0 komentar:

Posting Komentar

Blog

Blog

Copyright © Dimas Fajri's | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com