My Mind Goes Here

Senin, 22 Maret 2021

Hantu

 

Photo by Barthelemy de Mazenod on Unsplash

Hari ini hujan badai dan aku terjebak di stasiun. Biruku menjadi kelabu, tak kulihat jelas manusia-manusia di seberang peron itu. Yang kulihat hanyalah diriku dalam bayang kaca jendela kereta api yang lewat melaju cepat. Bunyi kereta itu beradu kencang dengan suara deras hujan. 

Bising.

Pusing.

Semua suasana ini tak asing bagiku. Beberapa kali kulewati stasiun ini: membawa tas ransel atau sebuah koper. Harusnya kuikuti nasehatmu dahulu untuk tidak pergi. Namun aku ingin pergi untuk mencari entah, yang pada akhirnya menghasilkan entah. Dan aku hanya semakin merindukan nasi hangat dengan telor mata sapi, juga selimut hangat pengusir sepi.

Saat ini udaranya terasa dingin, anginnya tipis-tipis menyayat tengkuk leherku hingga aku bergidik. Katanya selain dingin, bergidik juga berarti disebabkan adanya hantu. Kurasa tepat. Hantu bisa menjelma apa saja yang menakutkan dan membuat kita bergidik, misalnya masa depan dengan ketidakpastiannya atau ditinggal ketika sedang sayang-sayangnya.

Apakah hidup adalah hantu? Karena ia penuh dengan ketakutan-ketakutan. Namun ia menjadi lucu: jika seseorang dihantui kehidupan, lalu apa yang harus ia lakukan?

Udara semakin dingin, aku tak tahan dingin. Tiket sudah kupesan dan keretaku mungkin akan datang sebentar lagi, di peron nomer empat.

Hujan semakin deras, kata-kataku sudah habis terkuras, aku akan berkemas.

 

 

 

 

0 komentar:

Posting Komentar

Blog

Blog

Copyright © Dimas Fajri's | Powered by Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com